Rabu, 01 Agustus 2012

Olimpiade di Bulan Ramadan, Sebagian Atlet Muslim Tetap Puasa

London - Dari sekitar 3.500 atlet muslim yang tampil di Olimpiade 2012, mayoritas memutuskan tak berpuasa demi menjaga stamina. Tapi ada pula dari mereka yang tetap berpuasa.

Salah satu tlet yang mencoba bertahan tetap berpuasa adalah Mohamed Khaled Belabbas, pelari Aljazair, yang akan bersaing di lintasan jarak 3.000 meter.

"Saya yakin tak akan mengalami kerugian karena Ramadan, tapi akan merasa sangat lelah ketika melewati garis finis," kata Belabbas seperti yang dilansir france24.com, Rabu (1/7/2012)

Atlet lain yang tetap berpuasa adalah Ahmed Habash dari Mesir. Hanya saja atlet layar itu tidak akan berpuasa sesuai dengan waktu Inggris, melainkan waktu di negaranya.

"Saya tidak boleh makan sepanjang hari dan baru diperbolehkan setelah matahari terbenam. Jadi saya memilih berpuasa dengan waktu Mesir. Itu akan memudahkan saya," ujarnya seperti yang dilaporkan Reuters, Minggu lalu.

Berpuasa mengikuti waktu Mesir berarti hemat dua jam dibanding waktu puasa di London, yang mencapai 18 jam. Dewan Tinggi Islam Mesir dan otoritas keagamaan di negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim membolehkan para atlet tidak berpuasa selama mengikuti Olimpiade.

Sementara itu, atlet renang Libya, Sofyang Fathi Aljaddi menyatakan menunaikan perintah Allah lebih penting ketimbang pertandingan olahraga atau hal lainnya di dunia ini. Karena itu, meski para ulama dan khalayak luas dapat memahami jika tidak berpuasa selama Olimpiade, Aljaddi menyatakan akan tetap berpuasa. "Ini urusan saya dan Allah," ujarnya.

Adapun atlet Maroko, Mohammed Sbihi, menyatakan hanya akan berbuka saat mengikuti pertandingan. Dia akan membawar fidiyah dengan memberi makan 60 orang miskin sebagai kompensasi setiap kali tidak berpuasa.

Pada 1980, ketika Olimpiade berlangsung di Moskow, Uni Soviet, pelari asal Tanzania, Suleiman Nyambui, juga tetap memutuskan berpuasa. Hasilnya, dia sanggup merebut medali perak jarak 5.000 meter.

"Saat Anda memutuskan sesuatu, Allah ada di belakang Anda. Hari-hari pertama mungkin akan sulit, tapi setelah itu akan terbiasa," ujar Nyambui, yang kini menjabat Sekretaris Jenderal Asosiasi Atletik Tanzania.

Olimpiade Moskow yang berlangsung pada musim panas diboikot puluhan negara sebagai protes atas invasi Uni Soviet ke Afghanistan. Indonesia termasuk negara yang akhirnya batal mengirim atletnya ke Negeri Beruang Merah.

Baca juga:
Beratnya Tantangan Atlet Muslim Olimpiade Indonesia Selama Ramadan

( rmd / a2s )

Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar