Rabu, 01 Agustus 2012

Triyatno: Saya Rela Mati demi Indonesia

Olimpiade 2012

Triyatno: Saya Rela Mati demi Indonesia

Rabu, 1 Agustus 2012 | 18:58 WIB

Dibaca:

AFP/YURI CORTEZ Lifter Indonesia, Triyatno, merayakan keberhasilannya meraih medali perak kelas 69 Kg Olimpiade London 2012, Selasa (31/7/2012), di The Excel Centre, London.

LONDON, Kompas.com - Pada Selasa (31/7/2012) malam, penonton yang memadati Excel London, khususnya di tempat pertandingan angkat besi, terdiam. Di panggung, atlet Indonesia Triyatno sedang berusaha mengangkat beban 188 Kg untuk angkatan snatch and jerk kelas 69 Kg.

Atlet asal Kalimantan Timur itu belum pernah melakukannya sebelumnya. Bahkan dalam latihan sekalipun. Ia nyaris gagal, kakinya terseok-seok menahan beban seberat itu, namun ia terus berusaha keras menahan beban itu agar tidak jatuh.

Dalam hati saya berkata, saya harus mati-matian menahan, ini kesempatan terakhir saya. Kalau perlu mati di sini tidak apa-apa.

-- Triyatno

Ia berhasil walau hanya sejenak. "Dalam hati saya berkata, saya harus mati-matian menahan, ini kesempatan terakhir saya. Kalau perlu mati di sini tidak apa-apa," kata Triyatno usai meraih medali perak di Excel London, Selasa malam (Rabu dinihari WIB).

"Tadi hampir jatuh tetapi saya tahan terus sampai ada perintah down, baru saya jatuhkan," tambahnya.

Sebenarnya, atlet kelahiran Lampung 20 Desember 1987 itu sudah mengamankan medali perunggu ketika mampu mengangkat beban 186 Kg. "Tetapi kalau ingin perak, harus mampu 188 Kg kata pelatih, dan saya mau berusaha semaksimal mungkin," tambah anak bungsu dari tiga bersaudara itu.

Usahanya itu tidak sia-sia. Anak pasangan Suparno dan Sukatinah tersebut mampu mempersembahkan medali perak bagi Merah Putih, lebih baik dari hasil yang diperolehnya di Beijing empat tahun lalu ketika ia meraih perunggu.

Editor :

Aloysius Gonsaga Angi Ebo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar